TEORI DAN KEGUNAANNYA SECARA TEORITIS

9 04 2010

Memahami betapa pentingnya teori[1] untuk sebuah penelitian, maka istilah teori menurut Oxford Reference dictionary, adalah: A system of ideas formulated (by reasoning from known fact) to explain something. An opinion, supposition in general (opp. practice) an exposition of the principles on wich a subject is based.[2]

Maksudnya adalah teori suatu sistem, dari sejumlah ide yang diformulasikan (pleh proses penalaran dari pengetahuan menjadi kenyataan) untuk menjelaskan sesuatu. Sebuah opini, sebuah perkiraan umum (lawan dari praktis). Sebuah perjelasan yang terperinci dari serangkaian prinsip dimana sebuah subjek diletakkan sebagai dasar.

Hall dan Lindzei berpendapat, bila mengacu pada suatu istilah, maka ditemukan bahwa teori bukan merupakan penentu awal atau proses penentu lainnya dan juga bukan suatu “pemberian” dari keaslian data. Maka istilah teori difahami sebagai serangkat “konvensi” yang diciptakan oleh para pakar teori. Sebuah teori adalah sebuah hipotesis yang tidak substansial, atau belum menjadi sebuah spekulasi yang mengacu kepada realitas yang belum dikenal secara definitif menjadi suatu kenyataan.

Kerlinger (1986) memberikan definisi teori dari pandangan yang agak berbeda adalah seperangkat konstruk (konsep) yang saling berhubungan, yang mempunyai definisi dan dalil-dalil, yang dipresentasikan melalui pandangan sistematik dari fenomena-fenomena spesifikasi yang saling berhubungan di antara variabel-variabel, dengan maksud menjelaskan dan memprediksi fenomena atau gejala tersebut.

Sedangkan menurut Brodbeck (1962), muncul banyak ide-ide yang sama. Di samping itu, teori merupakan suatu pembelajaran di mana himpunan dari seperangkat hukum dan semua statement berada di dalam teori tersebut. Hukum yag menjelaskan disebut Axioma, sedangkan penjelasan generalisasinya adalah “teori”.[3]

Menurut Ahmad Tafsir,  teori mempunyai tiga fungsi dilihat dari kegunaan teori tersebut dalam menyelesaikan masalah.

Pertama, Teori sebagai alat Eksplanasi. Dalam fungsi ini teori berusaha menjelaskan melalui gejala-gejala yang timbul dalam satu permasalahan. Misalnya: tragedi 11 september yang memakan banyak korban dan kerugian secara materiil. Hal ini dipahami sebagai bentuk perlawanan terhadap keangkuhan sebuah negara Adi Kuasa. Gejalanya dapat kita lihat dari maraknya beberapa kelompok yang menamakan dirinya sebagai kelompok anti Amerika. Al-Qaeda misalnya, sebuah oraganisasi rahasia yang menjadi simbol perlawanan terhadap Amerika.

Kedua, Teori sebagai alat Peramal. Dalam fungsi ini teori memberikan bentuk prediksi-prediksi yang dilakukan oleh para ilmuwan dalan menyelesaikan suatu masalah. Misalnya: isu global warming. Digambarkan dalam kasus ini bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata disatu sisi memberikan dampak buruk terhadap ekosistem alam. Prediksi yang dilakukan oleh para ilmuwan yang menggambakan tentang keseimbangan alam yang rusak oleh perilaku manusia itu sendiri.

Ketiga, Teori sebagai Alat pengontrol. Dalam fungsi ini ilmuwan selain mampu membuat ramalan berdasarkan eksplanasi gejala, juga dapat membuat kontrol terhadap masalah yang terjadi. Kita bisa melihat dari solusi yang ditawarkan oleh para ilmuwan.

Selain itu juga, teori dapat berperan membantu untuk:

  1. Menjelaskan definisi operasional variabel penelitian kita,
  2. Menjelaskan pola hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya,
  3. Menentukan metodologi penelitian secara akurat,
  4. Menentukan metode analisis yang tepat, dan
  5. Menentukan cara penafsiran temuan secara objektif.

Menrutu Singarimbun[4], peran teori adalah menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Selanjutnya dikataka bahwa teori berperan sebagai berikut:

  1. Teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan,
  2. Teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep,
  3. Teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal. 1987. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Cetakan 8. Jakarta: PT Gramedia.

Ash-shadr, Muhammad Bakir. 1998. Falsafatuna. Bandung: Mizan.

Ismaun, (2002), Filsafat Ilmu, Materi Kuliah, Bandung (Terbitan Khusus).

Mukhtar. 2007. Binbingan Skripsi, tesis dan Artikel Ilmiah. Ciputat: Gaung Persada Press

Nasution, S. 2006. Metode Risearch. Cetakan 8. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudarto (1997), Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suriasumantri, jujun S. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sutrisno dan SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.


[1] Lihat juga Muhammad Bakir Ash-shadr. 1998. Falsafatuna. Bandung: Mizan. hal. 207-228

[2] Joyce M. Hawkins, The Oxford Reference (Great Britanian: Lcarendon Press Oxford, 1990), hal. 854.

[3] Lihat Prof. Dr. H. Mukhtar, M. Pd. Binbingan Skripsi, tesis dan Artikel Ilmiah. 2007. Ciputat: Gaung Persada Press. hal. 62-66.

[4] Ibid. hal. 68.


Actions

Information

Leave a comment